Cerpen Sekolah Bersambung
ketika
orang-orang sedang sibuk bergelut dibalik selimutnya, seorang gadis terbangun
dari tidurnya. ia menyingkap selimutnya lalu segera mengambil wudhu. terdengar
gemericik air diruangan berukuran 2x3 meter itu.
gadis itu
segera menunaikan ibadah sebagai tiang dalam agamanya. namun sesekali ia masih
menguap karena porsi tidurnya yang bisa dibilang kurang dibandingkan
orang-orang lain. terkadang pikirannya juga melayang kemana-mana, tak tahu apa
yang difikirkan gadis berusi 15 tahun itu. pikirannya kalut sehingga seringkali
ia mengulang bacaan shalatnya yang berselewengan kemana-mana.
vion
azelia. itulah nama gadis itu. ia tinggal bersama kedua orang tuanya. namun
karena urusan pekerjaan, orang tuanya kerapkali pergi keluar kota dan
menitipkan anak-anaknya itu pada nenek mereka. selain ia dan adiknya terdapat
pula saudara sepupu dari mereka yang turut tinggal di rumah itu.
vion segera
bersiap-siap pergi ke sekolah. memakai pakaian dan sarapan seadanya. ia tampak
tak begituu bersemangat menyantap makanannya, entahlah karena apa. mungkin
karena ia merasa bosan karena sarapan yang disediakan neneknya selama lima hari
berturut-turut ini masih sama, nasi goreng. ataukah ia sedang tidak enak badan
sehingga tidak memiliki nafsu makan mengingat kondisi tubuhnya yang memang
telah melemah sejak beberapa hari yang lalu. ataukah karena sedang banyak beban
yang terpikul di pundaknya? entahlah, hanya ia yang tahu.
ketika
sedang memasukkan bekal makanan ke dalam tasnya, ia baru teringat akan tugas
yang diberikan kepada ia sebagai seorang sekretaris di organisasinya. dengan
cepat ia keluarkan laptopnya, dan mencari file-file
yang berisi daftar nama-nama anggota dan kegiatan yang dilakukan dalam
organisasinya itu.
vion memang
gadis yang pelupa, kerapkali ia harus kembali kelantai empat sekolahnya karena
lupa mengambil buku untuk dipelajarinya karena ada tugas besok. ia juga sering
lupa meletakkan kunci lokernya, padahal hampir semua bukunya ia simpan di dalam
loker itu. alhasil ia terpaksa meminjam sana-sini buku temannya.
selain
pelupa vion juga pemalas. pagi ini saja ia tidak keramas pergi kesekolah. huh
memalukan sekali bukan? bagaimana kira-kira tanggapan teman-temanya akan bau kepalanya
itu? ia juga malas membawa baju olahraganya pulang sehingga jika kalian mencium
baju olahraganya kupastikan kalian akan muntah pada saat itu juga. dan satu
lagi, ia sangat sangat malas menyisir rambutnya, bahka tidak diketahui kapan
terakhir kali ia menyisirnya, seminggu yang lalukah? sebulan yang lalukah?
setahun yang lalukah? atau seabad yang lalu? ok baik yang terakhir itu lupakan
saja, karena sangat tidak mungkin ia tidak menyisir rambutnya sejak seabad yang
lalu mengingat umurnya saja baru berapa sekarang.
setelah
mengprint tugas tadi ia segera menuju
sekolahnya, dikarenakan waktu terlambat semakin mendekat, ia semakin
mempercepat langkahnya ketika telah sampai disekolah.
nafas
terengah-engah memenuhi seperampat suara dari ruangan yang didominasi warna
putih hijau itu, seorang gadis baru saja sampai dari perjuangannya melawan
anak-anak tangga yang jumlahnya puluhan disekolahnya. dan itu bukan hanya
dilewatinya sekali saja melainkan berbelas-belas kali dalam satu hari. dan bisa
kalian bayangkan bagaimana penatnya melewati tangga-tangga itu dalam tiga
tahun? pasti sangat melelahkan.
lapangan olahraga
telah dipenuhi oleh beratus-ratu murid di SMA Floria. meskipun ini adalah hari
kamis, tetapi lapangan akan sealau penuh disetiap kamisnya. mengapa? karena di
SMA itu selalu diadakan senam pagi setiap hari kamisnya. dua orang anak manusia
tampak celingak-celinguk mencari barisan kosong untuk mereka.
“Nis,
disana kosong tuh!” seorang gadis berkacamata menunjuk salah satu barisan
kosong diantara ramainya orang-orang disana
“yapp, ayo
Vi” temannya yang satu lagi segera menarik-narik lengan baju teman berkacamatanya
tadi, berusaha agar temannya itu mengikuti langkahnya
“eh Vi, ada
‘kamus’ tuh” ujar gadis yang bernama Niska tadi seraya melirik ke salah satu
sudut di lapangan itu
“eh cie
ciee, ngeliat aja kamu!” ledek gadis dengan nama Vion
“iya dong”
jawab Niska lagi
“eh kemaren
aku kesal banget sama si Fandi” ujar Niska setelah jeda beberapa menit dari
berbicaranya
“kenapa?”
“iya masak
dia kan kesel sama mantan pacarnya yang namanya Yuni itu, tapi dia
marah-marahnya sama aku. giliran aku kesel sama ‘kamus’ terus ngelampiasin
kemarahan aku ke dia, dia malah ngambek, gak mau nyapa aku” ujar Niska lagi sambil
memanyun-manyunkan bibirnya
“haha
cobaan hidup emang berat sob” Vion menjawab seraya menggerak-gerakkan tangannya
kesana kemari. penyakit authisnya memang kadang kambuh tak mengenal tempat.
“huh,
lagian aku bingung sana Fandi, kan dia sama Yuni udah putus, eh giliran Yuni move on ke cowok lain, masak dia marah”
“hhhhh”
Vion hanya menjawab dengan kekehan kecil akibat ocehan teman jangkungnya yang
satu itu. ia sudah cukup maklum kalau Niska dan Fandi sudah kerap kali
berkelahi, tapi besoknya mereka akan kembali seperti semula seolah tak terjadi
apa-apa.
“eh
senamnya udah mau dimulai tuh, kamu baris didepan aku” Niska mendorong-dorong
tubuh Vion ke depannya sambil melotot yang sebenarnya tidak ada seram-serramnya
mengingat wajahnya yang terlihat seperti anak kecil. hahaha.
“aishh,
minggu depan kamu yang di depan” jawab Vion juga sambil melototkan matanya.
mereka saling melotot dan berakhir dengan acara tinju-tinjuan kecil lalu
tertawa bersama. huh, sungguh kiamat sudah dekat, mengapa ada orang seperti
mereka dimuka bumi ini. semakin memperbanyak daftar nama-nama orang kurang
waras saja :V
matahari
yang tadinya berada di ufuk timur kini telah bergerak kebarat mengikuti bumi
yang terus berputar. cuaca cukup cerah hai itu, tapi tidak dengan hati Vion. ia
juga tak tahu mengapa ia merasakan hal ini. tetapi ia merasa terkucilkan ketika
Niska telah berkumpul dengan teman-teman dekatnya yang sebenarnya juga adalah teman-temannya.
Niska yang ramah dengan mudahnya bisa
bergaul dengan Fandi, Zicky, Vinsent, Difa, Luki, dan Rega. mereka adalah teman-teman dekat Vion dan
Niska. tetapi meskipun ia kadang merasa terkucilkan tetapi ia sudah cukup
merasa senang dengan pertemanan ini. karena ketika ia sedang merasa demikian,
Niska sering membalik badannya ke belakang dan mengajak Vion agar jalan
bersejajar dengannya. memang dasar vionnya saja yang tidak mau.
delapan
sekawan itu juga sering pergi sholat kemushola bersama, tetapi berhubung Rega
sedang sibuk dengan tugasnya, Vinsent sedang sakit, Niska dan Luki yang sedang
tidak bertegur sapa, serta Zicky dan
Difa yang entah kemana, mereka hanya
pergi bersama Fandi.
sepanjang
perjalanan menuju musholla Fandi dan niska berjalan duluan meninggalkan Vion
beberapa meter dibelakang mereka. sebenarnya Vion memang sengaja berjalan
dibelakang. disamping karena ia memang kurang percaya diri berjalan duluan, ia
juga ingin memberi ruang untuk Fandi dan Niska. entahnlah, ia melihat Fandi agak
berubah semenjak insiden tidak tegursapanya ia dengan Niska. fandi lebih
terlihat perhatian kepada Niska. ia dengan setia menunggu Niska setiap ingin ke musholla.
menunggunya lagi ketika selesai sholat. dan ia tujuh kali lipat lebih rajin
kekelas Vion dan Niska setiap hari dibanding biasanya.
hal ini
cukup membuat Vion menaruh pendapat bahwa Fandi mulai menyukai Niska. bukankan
banyak di film-film maupun dinovel-novel kejadian tentang sahabat yang menjadi
cinta. inilah yang menjadi dasar pemikiran Vion tadi.
vion merasa
gembira akan hal itu. bukan karena ia turut senang akan cinta yang mulai tumbuh
itu, melainkan karena ia punya olok-olokan baru untuk Niska. Vion memang suka
mengolok Niska tentang cowok-cowok yang sedang dekat dengannya. sekitar
beberapa bulan yang lalu ia pernah mengolok Niska dengan Luki. waktu itu Niska
memang sedang mabuk kepayang oleh Luki. Vion yang memang jahil itu tidak akan
membuang percuma kesempatan emas ini. meskipun pada kenyataannya, teman-teman
yang lain juga suka mengoloknya, tapi Vion adalah yang paling sering, ia dengan
rajinnya mengolok-olok Niska yang sukses membuat gadis bertubuh tinggi itu
salting tingkat dewa.
beberapa
hari setelah kejadian mabuk kepayang itu, Niska menjadi sering galau. kerapkali
ketika sedang bersama Vion, ia melamun sendiri dan terkadang juga
menyanyi-nyanyi tak jelas sambil berteriak-teriak, tak lupa pula matanya yang
selalu melirik ke arah Luki. Vion sebenarnya tahu apa yang menjadi alasan
temannya mengalami sakit jiwa nomor 22 itu. apalagi kalau bukan Mifda, gadis
yang disayangi oleh Luki.
tetapi
masa-masa galau Niska tidak berlangsung lama. ia sudah move on katanya. dan kalian tahu siapa yang menjadi korban move on
niska? tak tahu? oh ya sudah. karena para pembaca sekalian tidak mengetahuinya,
saya sebagai penulis yang baik hati, suka menolong, dan rajin menabung akan
memberitahunya. orang itu adalah Rega. yapp, betul sekali. ER E GE A. REGA.
salah satu dari teman Niska dan Vion.
“rega itu
orangnya ganteng, pintar dikelas, rajin beribadah, pintar main musik, suaranya
bagus, lucu lagi..” begitulah kurang kurang pendeskripsian menurut Niska ketika
Vion memaksanya untuk mendeskripsikan Rega. bagaimana menurut kalian? nyaris
sempurna? tidak juga.
semenjak
Niska membiarkan Rega mengetuk pintu hatinya, ia semakin tak karuan. penyakit
gilannya langsung naik ke tingkat 9. sungguh mengagumkan. jika dahulu ia hanya
menyanyi dan berteiak tak jelas saja maka sekarang ia menyanyi lalu tertawa
lalu berteriak, menangis, marah, mengamuk, menyanyi lagi, tertawa lagi,
berteriak, menangis, marah, dan mengamuk lagi. untung saja Vion telah
menyiapkan sumbat telinga untuk mengantisipasi takut-takut terjadi sesuatu pada
kedua telinga kesayangannya. bahkan terkadang Vion harus membawa pil tidur
untuk menghindari hal-hal buruk yan akan terjadi padanya. meskipun begitu, pada
waktu-waktu tertentu Vion juga akan menjadi lebih gilanya dengan Niska. mereka
berteriak kesana kemari lalu memukul-mukul dinding sambil tertawa-tawa. oh
tuhan!
selain
menyukai Rega, diam-diam Niska juga menaruh perasaan terhadap Zicky. entah
sejak kapan perasaan itu tertanam, yang jelas semenjak dewi amor menancapkan
panah cinta kejantung Niska, ia jadi sering memikirkan pria berkumis tipis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar